Jikalah derita akan
menjadi masa lalu pada akhirnya,
mengapa mesti
dijalani dengan sepedih rasa,
sedang ketegaran
akan lebih dikenang nanti.
...
Jikalah kesedihan
akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
mengapa tidak
dinikmati saja,
sedang ratap tangis
tidak akan mengubah apa-apa.
Jikalah luka kecewa
akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
mengapa mesti
dibiarkan meracuni jiwa,
sedang ketabahan
dan kesabaran adalah lebih utama.
Jikalah benci dan
marah akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
mengapa mesti
diumbar sepuas rasa,
sedang menahan diri
adalah lebih berpahala.
Jikalah kesalahan
akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
mengapa mesti
tenggelam di dalamnya,
sedang tobat itu
lebih utama.
Jikalah harta akan
menjadi masa lalu pada akhirnya,
mengapa mesti ingin
dikukuhi sendiri,
sedang kedermawanan
justru akan melipatgandakannya.
Jikalah kepandaian
akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
mengapa mesti
membusung dada,
sedang dengannya
manusia diminta memimpin dunia.
Jikalah cinta akan
menjadi masa lalu pada akhirnya,
mengapa mesti ingin
memiliki dan selalu bersama,
sedang memberi akan
lebih banyak memiliki arti.
Jikalah bahagia
akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
mengapa mesti dirasakan
sendiri,
sedang berbagi akan
membuatnya lebih bermakna.
Jikalah hidup akan
menjadi masa lalu pada akhirnya,
mengapa mesti diisi
dengan kesia-siaan belaka,
sedang begitu
banyak kebaikan bisa dicipta.